Padepokan Goa Larang

Pada awal episode Babad Tanah Leluhur, Api Berkobar di Karang Sedana diperkenalkan empat orang pendekar yang tengah menuju ke kota raja Karang Sedana. Mereka dikenal dengan sebutan Ning Sewu.

Ning Sewu

Seta Keling pada saat diperkenalkan berusia 27 tahun, Dampu Awuk tidak disebutkan usianya, Saka Palwaguna berusia 23 tahun, dan terakhir Anting Wulan yang juga tidak disebutkan berapa usianya.
Berdasarkan urutan penyebutan nama-nama mereka, saya menjadikan hal tersebut sebagai patokan bahwa Seta Keling adalah yang paling tua, sementara Dampu Awuk berusia di antara Seta dan Saka. Artinya Dampu Awuk mungkin berusia 26, 25, atau 24 tahun. Dan Anting Wulan lebih muda dari Saka Palwaguna, setidaknya berusia 22 tahun atau lebih muda lagi.
Mereka adalah murid utama Resi Wanayasa dari padepokan Goa Larang.

Murid Utama dalam bayangan saya adalah murid-murid angkatan pertama dari Goa Larang, dan dilatih langsung oleh resi Wanayasa.

Padepokan Goa Larang

Padepokan ini tidak disebutkan siapa pendirinya. Akan tetapi dijelaskan bahwa Resi Wanayasa adalah pimpinannya, dengan dibantu Ki Jatis Purut Sarumpa, adik seperguruannya saat mereka berguru di perguruan Cakrabuana. Mereka berdua berguru pada orang sakti yang bernama Mamang Kuraya.
Dengan kata lain, Wanayasa tidak meneruskan tampuk kepemimpinan di perguruan Cakrabuana, melainkan membuka perguruan sendiri yang dinamakan Goa Larang. Itu adalah asumsi dan kesimpulan saya.

Padepokan Goa Larang sempat "bubar" karena serbuan para pendekar golongan Hitam yang bekerja untuk prabu Jaya Suntana yang berhasil menggulingkan prabu Aji Konda

Kincir Metu

Padepokan Goa Larang mendapatkan reputasi baik di kalangan persilatan berdasarkan sepak terjang mereka yang berada di jalan lurus, dan ini membuat ilmu Kincir Metu terdongkrak pula reputasinya. Sehingga Kincir Metu selalu dikenal sebagai ilmu dari padepokan Goa Larang.
Sejatinya, Kincir Metu diciptakan oleh Mamang Kuraya. Terdiri dari 10 tingkatan.

Di awal cerita, Seta Keling disebutkan telah menguasai Kincir Metu tingkat 7, Dampu Awuk tingkat 5, Anting Wulan dan Saka Palwaguna tingkat 6, Jatis Purut Sarumpa tingkat 8, sementara resi Wanayasa baru saja mencapai tingkat 9.

Tingkatan tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh dianggap sebagai tingkatan khusus, karena hanya sekedar mempelajari dan berlatih gerakan saja, akan tetapi pada tingkatan ini harus benar-benar menghayati dan menjalani tirakat.

Pelatihan ilmu Kincir Metu di padepokan Goa Larang dimulai dari pelatihan fisik, digambarkan dengan pelatihan raden Purbaya yang harus mengelilingi padepokan Goa Larang sebanyak 8 kali. Ketika ketahanan fisik ini telah dapat diraih, maka mulailah diajarkan Kincir Metu tingkat awal, dengan jurus awal bernama Gerbang Dewata

Jurus adalah rangkaian gerakan yang bisa berupa serangan, pertahanan, maupun gerak tipu yang menyembunyikan mana serangan inti dan serangan cadangan bila serangan inti gagal. Selain ke satu arah untuk menghadapi seorang musuh, jurus pun dapat berupa rangkaian gerak ke empat penjuru angin untuk menghadapi musuh yang lebih dari satu orang.

Dalam pertarungan yang disaksikan oleh orang lain, biasanya diceritakan ada yang menghitung telah berapa jurus pertarungan tersebut berlangsung. Jurus dihitung dari tarikan napas atau waktu jeda sebelum serangan berikutnya.

Tenaga Dalam adalah tenaga cadangan dalam tubuh manusia yang dikerahkan untuk memperkuat dampak serangan fisik.

Berikut ini adalah kurikulum Kincir Metu ala Padepokan Goa Larang versi D.A.S

  1. Tingkat Pertama
    Gerbang Dewata dipelajari pada tingkatan ini sebagai jurus awal dan dasar dari jurus pada tingkatan diatasnya.
  2. Tingkat Kedua
    Kidang Mamprung dipelajari pada tingkatan ini sebagai cara untuk berlari cepat dengan menghemat tenaga, selain beberapa jurus lainnya.
  3. Tingkat Ketiga
    Kincir Ngapung dipelajari pada tingkatan ini sebagai cara bertempur dengan menyerang bagian atas tubuh.
  4. Tingkat Kempat
    Barisan Empat Kincir dipelajari pada tingkatan ini sebagai cara bertempur secara berkelompok untuk melawan musuh yang sangat tangguh.
  5. Tingkat Kelima
    Empat Arah Pembeda Gerak dipelajari pada tingkatan ini sebagai latihan kepekaan.
  6. Tingkat Keenam

    Tingkatan Khusus
  7. Tingkat Ketujuh
  8. Tingkat Kedelapan
  9. Tingkat Kesembilan
  10. Tingkat Kesepuluh / Puncak

Purbaya dan Cempaka

Purbaya mengungkapkan keinginannya untuk belajar di Goa Larang pada Seta Keling melalui perantaraan Cempaka. Setelah diterima, Purbaya dilatih oleh Ki Luminta, kemudian ketika telah diberi petunjuk oleh Mamang Kuraya yang membuat tingkatan Gerbang Dewata nya bahkan dapat melampaui Ki Luminta.

Cempaka pun merupakan murid resmi Goa Larang, akan tetapi ada bagian yang hilang dimana tahu-tahu diceritakan bahwa Purbaya bergembira karena Cempaka pun menjadi murid Goa Larang setelah acara pendadaran. Pada awalnya dikisahkan bahwa Cempaka dilatih langsung oleh resi Wanayasa selama perjalanan mengejar Jerangkong Hidup. Dan dengan kecerdasannya, Cempaka berhasil mencapai tingkatan kedua dalam waktu cukup singkat.

Keduanya kemudian dilatih langsung oleh Mamang Kuraya, jadi dapat diasumsikan keduanya telah dapat mencapai Kincir Metu tingkatan ke 10, walaupun tidak pernah disebutkan secara langsung. Maklum, dilatih oleh grand master pencipta Kincir Metu itu sendiri gitu loh.

Selain itu Purbaya dan Cempaka pun mempelajari ilmu Kelelawar Sakti hingga tingkat 4, Semadi Dewa Gila, Banyu Agung sebagai inti dari Banyu Cakra Buana, Halimunan, dan Cengkar Bala.