Pengembaraan Mamang Kuraya dan cucunya

Setelah diselamatkan oleh Mamang Kuraya dari tawanan Mayang Telasih, Purbaya dan Cempaka mulai mengikuti pengembaraan bersamanya menuju kerajaan Indraprasta di pantai utara. Akan tetapi mereka tidak langsung ke sana, melainkan menyimpang jalur dahulu ke arah barat.

Mereka sampai di hutan Cimalaka Hideung ( yang bila melilhat google maps, maka lokasinya berada disekitar Sumedang sekarang ) dan bertemu dan bentrok dengan Bobongkong, kelompok manusia siluman harimau.

Pada awalnya, Purbaya ditinggalkan untuk berlatih tenaga dalam dengan cara bersemedi di bawah air terjun. Kemudian Cempaka dan Mamang Kuraya mencari makanan di desa terdekat. Mereka sampai di desa terdekat pada malam hari, dengan kata lain perjalanan dari air terjun menuju desa tersebut cukup lama.

Di desa yang bernama Cisayong, Mamang Kuraya dan Cempaka memesan makanan. Belum sempat makanan itu disantap, terjadi kegemparan dikarenakan ada pembunuhan yang dilakukakan oleh seekor harimau jadi-jadian ( Bobongkong ). Mamang Kuraya berhasil mengusir Bobongkong tersebut, sehingga karena hal itu dia diminta untuk tinggal untuk berjaga-jaga di desa tersebut oleh kepala desa.

Dalam pembicaraannya dengan kepala desa di warung warga yang bernama Misna, terungkap latar belakang munculnya teror oleh Bobongkong di desa tersebut yang dikarenakan adanya warga desa tersebut yang membunuh anak harimau yang di duga adalah anak Bobongkong di sebuah tempat yang ternyata adalah tempat Purbaya ditinggalkan.

Mamang Kuraya dan Cempaka bergegas kembali untuk menjemput Purbaya, akan tetapi Purbaya tidak ditemukan di sana. Keduanya kemudian menunggu Purbaya di hutan Cimalaka Hideung, dan diganggu oleh Bobongkong.

Disinilah awal Cempaka disusupi kekuatan Nyai Pohaci Larasati sang Hyang Sri / Asri yang dikenal sebagai dewa tumbuh-tumbuhan ( kesuburan ) di tanah Pasundan. Cempaka yang disusupi kekuatan Nyai Pohaci itu berhasil menundukkan para Bobongkong.

Ketiganya kembali ke desa. Dan lucunya, nama desanya berganti dong! Tadinya nama desanya adalah Cisayong, tetapi beberapa seri kemudian disebut-sebut sebagai desa Sindangbarang.

Secara iseng saya coba mencari : Cisayong, Sindangbarang, Bukit Tunggul sebagai mana yang disebut-sebut, juga mencoba mencari air terjun di peta tersebut. Hasilnya adalah : ketiga tempat itu sangat-sangat terpaut jauh sekali banget.

Image without description