Mantili si Pedang Setan

Pedang Setan

Pedang Setan, awalnya adalah milik komplotan Pedang Setan yang selalu menebar teror.

Kesaktian Pedang Setan yaitu pedang ini bisa mengeluarkan asap berbau busuk seperti bangkai yang memabokkan lawan. Selain itu, Pedang Setan sangat kuat, sehingga jarang-jarang ada pedang yang tahan beradu melawan Pedang Setan ini. Brama yang berhasil menumpas komplotan penjahat ini, kemudian membawa Pedang Setan dan memberikannya kepada Mantili, adiknya yang memang sangat berbakat memainkan pedang. Mantili memang kurang berbakat dalam hal penguasaan ilmu kadigdayaan, tetapi sangat berbakat dalam ilmu tangan kosong dan sangat mahir dalam memainkan pedang.

Maka, ketika Mantili mendapatkan pedang pusaka yang dahsyat dan langka ini, bisa dikatakan ia menjadi singa bersayap saja. Mantili menjadi terkenal sebagai pendekar pedang sejati, pendekar pedang nomor satu. Berkat suatu rahasia yang diketahui Brama dan disampaikan pada adiknya, sehingga hanya Mantili sendiri yang bisa memainkan pedang pusaka itu dengan sempurna, tanpa mabok dan sama sekali tidak terganggu oleh aroma busuk asap beracun si Pedang Setan.

Pedang Perak

Kemasyuran nama Mantili mendatangkan rasa penasaran pada seorang pendekar pedang kelas wahid lainnya yang bernama Taji Barnas yang dikenal dengan sebutan Si Pedang Perak. Ia seorang pendekar pedang yang sangat sakti pula, dengan pedang pusaka yang bernama Pedang Perak, sebuah pedang yang mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata.

Si Pedang Perak menantang Si Pedang Setan, untuk membuktikan siapa yang layak mendapat sebutan pendekar pedang sejati atau pendekar pedang nomor satu.

Awalnya tantangan itu tidak ditanggapi, karena sebenarnya mereka sama-sama tokoh golongan putih dan memang tidak saling memiliki persoalan, tapi lama-lama akhirnya dilayani juga. Mantili berlatih pedang dibawah pengawasan patih Gotawa dengan cara menatap matahari, sebab pedang perak milik Taji Barnas terkenal dengan cahaya yang bisa membutakan mata.

Singkat cerita, setelah keduanya mempersiapkan diri dengan latihan bagaimana menghadapi senjata dan kesaktian lawan, akhirnya duel pun dilaksanakan. Pertempuran di bawah sinar purnama itu begitu dahsyat dan berimbang. Namun akhirnya Mantili yang unggul. Taji Barnas Si Pedang Perak tewas dalam pertarungan adu ilmu pedang tingkat tinggi itu.

Taji Barnas mewariskan pedang pusakanya kepada Mantili. Tapi sekian waktu senjata itu hanya tersimpan saja tanpa terpakai. Sampailah pada suatu ketika, Pedang Setan hilang, dicuri oleh Dewa Maut. Dari tangan Si Dewa Maut, pedang direbut oleh Ki Naga, kemudian direbut lagi oleh Jasiun, dan kemudian jatuh ke tangan Mariba.

Mariba, yang masih saudara seperguruan Kijara dan Lugina inilah yang berlatih keras untuk bisa menggunakan Pedang Setan dan kemudian berhasil pula memainkannya.

Dari peristiwa itu, akhirnya Mantili mencoba untuk menguasai Pedang Perak secara sempurna. Hebatnya, pedang perak ini tidak akan rusak atau patah ketika diadu dengan Pedang Setan milik Mantili.

Dalam sebuah pertempuran di kademangan Cempaka, akhirnya Mantili berhasil merebut kembali pedang setannya dan membunuh Mariba.